Profil Desa Wonorejo
Ketahui informasi secara rinci Desa Wonorejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Wonorejo, Selomerto, Wonosobo. Mengupas potensi desa sebagai lumbung padi dan palawija, pusat seni Kuda Kepang (Jaranan), serta semangat kegotongroyongan masyarakat dalam membangun infrastruktur dan menjaga kearifan lokal di tengah perubahan z
-
Lumbung Pangan Kecamatan
Desa Wonorejo merupakan salah satu sentra utama produksi tanaman pangan di Kecamatan Selomerto, dengan lahan persawahan yang subur menjadi andalan utama penghasil padi serta palawija untuk ketahanan pangan regional.
-
Benteng Pelestarian Kuda Kepang
Desa ini dikenal luas sebagai basis pelestarian kesenian tradisional Kuda Kepang (juga dikenal sebagai Jaranan atau Emblek), di mana beberapa kelompok seni aktif berlatih, tampil, dan mewariskan tradisi ini kepada generasi muda.Desa ini dikenal luas sebag
-
Kekuatan Modal Sosial
Pembangunan desa sangat didukung oleh modal sosial yang kuat berupa semangat gotong royong dan partisipasi aktif masyarakat, terutama dalam proyek-proyek infrastruktur swadaya yang mempercepat kemajuan desa.
Di tengah hamparan sawah yang subur di Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Desa Wonorejo berdiri sebagai pilar ketahanan pangan sekaligus benteng kebudayaan yang kokoh. Desa ini adalah potret ideal sebuah komunitas agraris Jawa, di mana cangkul dan padi menjadi simbol kemakmuran, sementara ringkikan kuda lumping dan alunan gamelan menjadi denyut jiwa warganya. Sebagai salah satu lumbung padi utama di wilayahnya, Wonorejo menopang kehidupan melalui hasil bumi. Namun identitasnya semakin kuat terpancar dari panggung-panggung pertunjukan, di mana kesenian Kuda Kepang terus hidup, diwariskan dan dirayakan sebagai warisan adiluhung.
Kondisi Geografis dan Tatanan Demografi
Secara geografis, Desa Wonorejo menempati wilayah yang relatif datar dan landai, menjadikannya sangat ideal untuk pengembangan pertanian lahan basah atau persawahan. Didukung oleh jaringan irigasi yang cukup baik, lahan-lahan di desa ini mampu berproduksi secara optimal sepanjang tahun. Luas wilayah Desa Wonorejo adalah sekitar 2,87 kilometer persegi atau 287 hektare. Sebagian besar dari luas tersebut merupakan lahan sawah produktif yang menjadi pemandangan utama di desa ini.Secara administratif, Desa Wonorejo berbatasan dengan beberapa desa lainnya. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan dengan Desa Bumitirto. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Simbarejo. Sementara di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Krasak, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Karangrejo dan Kelurahan Wonosobo Timur.Berdasarkan data kependudukan per September 2025, jumlah penduduk Desa Wonorejo ialah sekitar 4.712 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, tingkat kepadatan penduduknya tergolong padat, yakni mencapai 1.642 jiwa per kilometer persegi. Struktur populasi didominasi oleh masyarakat petani, buruh tani, dan sebagian kecil perajin serta seniman lokal.
Tata Kelola Pemerintahan dan Pembangunan Berbasis Komunitas
Pemerintahan Desa Wonorejo, yang terdiri dari Kepala Desa, perangkat desa, dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), menjalankan roda pembangunan dengan menitikberatkan pada dua sektor utama: penguatan sektor pertanian dan pelestarian budaya. Dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes), usulan-usulan terkait perbaikan jaringan irigasi, bantuan alat pertanian, serta dukungan untuk kelompok kesenian selalu menjadi prioritas.Salah satu kekuatan utama dalam pembangunan Desa Wonorejo adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat. Semangat gotong royong menjadi modal sosial yang tak ternilai. Pembangunan infrastruktur skala kecil seperti jalan lingkungan, talud, atau pos ronda seringkali dilaksanakan secara swadaya, di mana pemerintah desa menyediakan material dan warga menyumbangkan tenaga. Pendekatan berbasis komunitas ini tidak hanya mempercepat pembangunan fisik, tetapi juga memperkuat rasa memiliki dan ikatan sosial di antara warga.
Lumbung Padi sebagai Penopang Ekonomi Utama
Perekonomian Desa Wonorejo secara fundamental bertumpu pada sektor pertanian tanaman pangan. Hamparan sawah yang luas menjadikan desa ini sebagai salah satu produsen padi terbesar di Kecamatan Selomerto. Dalam setahun, petani dapat melakukan dua hingga tiga kali masa tanam, tergantung pada ketersediaan air. Hasil panen padi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, tetapi juga disalurkan untuk memasok pasar-pasar di Wonosobo.Selain padi, para petani juga menanam berbagai jenis palawija sebagai bagian dari rotasi tanam untuk menjaga kesehatan tanah. Komoditas seperti jagung, kedelai, dan kacang tanah seringkali ditanam pada musim kemarau. Di pekarangan-pekarangan rumah, warga juga menanam sayur-mayur dan buah-buahan untuk konsumsi sehari-hari, serta memelihara ternak seperti ayam dan kambing sebagai sumber protein dan pendapatan tambahan.Keberadaan Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sangat vital dalam menjaga produktivitas. Melalui lembaga inilah para petani mendapatkan akses terhadap pupuk bersubsidi, benih unggul, serta penyuluhan dari dinas terkait.
Kuda Kepang: Jiwa dan Identitas Budaya Desa
Di luar identitasnya sebagai desa agraris, Desa Wonorejo memiliki "jiwa" yang terpancar kuat melalui kesenian Kuda Kepang (sering juga disebut Jaranan atau Emblek). Desa ini merupakan salah satu pusat pelestarian kesenian rakyat ini yang paling aktif di Wonosobo. Beberapa grup atau paguyuban Kuda Kepang tumbuh subur, dengan anggota yang berasal dari berbagai kalangan usia, dari anak-anak hingga orang dewasa.Bagi masyarakat Wonorejo, Kuda Kepang bukan sekadar tarian, melainkan sebuah medium ekspresi, ritual sosial, dan warisan leluhur. Suara gamelan yang mengiringi tarian para penari yang menunggangi kuda anyaman bambu seakan menjadi detak jantung budaya desa. Latihan rutin digelar di balai desa atau halaman rumah warga, menjadi tontonan dan hiburan tersendiri.Grup-grup kesenian dari Wonorejo sering diundang untuk memeriahkan berbagai acara, mulai dari hajatan pernikahan, perayaan hari kemerdekaan, hingga festival budaya tingkat kabupaten. Eksistensi kesenian ini tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memberikan pendapatan tambahan bagi para senimannya dan membawa nama harum bagi Desa Wonorejo.
Tantangan dan Prospek Pengembangan ke Depan
Tantangan utama yang dihadapi sektor pertanian di Desa Wonorejo adalah isu regenerasi petani. Minat generasi muda untuk bekerja di sawah cenderung menurun. Selain itu, alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, meskipun dalam skala kecil, menjadi ancaman laten bagi status lumbung pangan desa. Dari sisi kebudayaan, tantangannya adalah bagaimana membuat kesenian Kuda Kepang tetap relevan dan diminati oleh generasi muda di tengah gempuran budaya populer modern.Prospek masa depan Desa Wonorejo terletak pada kemampuannya untuk mengintegrasikan potensi pertanian dan kebudayaannya secara kreatif. Desa ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai "Desa Wisata Budaya Agraris". Paket wisata dapat dirancang di mana pengunjung diajak untuk merasakan pengalaman bertani di sawah (misalnya menanam atau memanen padi), kemudian diakhiri dengan menyaksikan pertunjukan Kuda Kepang yang otentik.Pemerintah desa dapat memfasilitasi pembuatan sanggar seni yang representatif, yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat latihan, tetapi juga sebagai galeri yang menampilkan sejarah dan atribut Kuda Kepang. Produk-produk turunan seperti miniatur kuda kepang atau kaus bertema kesenian lokal juga bisa dikembangkan sebagai oleh-oleh. Dengan branding yang kuat sebagai "Lumbung Padi dan Kampung Kuda Kepang", Desa Wonorejo dapat membuka sumber pendapatan baru dari sektor pariwisata, yang pada gilirannya akan semakin memperkuat upaya pelestarian budaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.